arrow_upward

 Gejala Epilepsi komunikasi di era disrupsi Informasi

Thursday, 24 November 2022 : November 24, 2022


 

oleh :
Putra Chaniago Malin Bagindo, M.Sos


Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan yang melekat dalam diri setiap insan. Apabila terjadi hambatan komunikasi atau kesalahan komunikasi missed communication, maka berakibat buruk terhadap kondisi jiwa dan mental insan tersebut.

Komunikasi penting dilakukan dalam mengurangi resiko kesalahan pengertian. Salah memaknai pesan dalam komunikasi mengakibatkan terjadinya hal yang membahayakan. Misalnya di traffic light, jika lampu berwarna hijau, itu memberi makna kendaraan boleh melaju. Sedangkan warna merah untuk berhenti, dan kuning untuk berhati hati. Akan tetapi, apabila salah memahami tanda-tanda tersebut, tentu ini akan beresiko pada jiwa sesama pengguna jalan raya. Maka komunikasi penting sekali dilakukan dalam menyamakan persepsi diantara sesama agar kehidupan berjalan dengan  baik sesuai aturan yang disepakati bersama.

Generasi masa kini berhadapan dengan disrupsi informasi. Suatu keadaan yang rentan dan dialami oleh setiap pengguna jasa layanan telekomunikasi dan media sosial. Media sosial telah menawarkan berbagai konten yang menarik untuk dilihat oleh penggunanya. Fenomena tersebut merupakan dampak dari informasi di media yang terus menghujani. Khalayak di media sosial adalah penikmat sekaligus pembuat konten. Sehingga banyak sekali bersiliweran konten-konten di berbagai media sosial tanpa bendung untuk dinikmati oleh siapa saja.

Bebasnya berselancar di media sosial dengan segala informasi yang ditawarkan, turut mempengaruhi pemahaman, sikap dan pola hidup penggunanya. Masalah tersebut muncul ketika pengguna media tidak sesuai porsinya. Hal itu kemudian membuat mereka sulit menemukan titik fokus dalam berkomunikasi. Mereka sibuk dengan gadget pribadi. Waktunya banyak dihabiskan dengan berselancar di media sosial. Mereka sibuk dengan dunianya yang berada dalam genggaman.

Ketidakmampuan manusia memilah mana konten yang penting dan mana yang tidak penting, membuat mereka terbawa arus algoritma, bahkan tanpa disadari telah menghabiskan waktu untuk berselancar di media sosial berjam-jam. Waktu mereka dihabiskan dari satu platform media sosial ke platform media sosial yang lain. Berita hoax dan mengandung unsur sara, hujatan kebencian, perang ideologi dan politik yang berseberangan, melanggar nilai, norma dan melampaui batas-batas kewajaran menjadi konsumsi setiap harinya.

Epilepsi merambah ranah komunikasi akibat terdistraksi penggunaan media sosial secara berlebihan. Suatu kondisi sosial masyarakat yang belum siap menghadapi disrupsi informasi. Epilepsi komunikasi merupakan suatu keadaan dalam diri manusia yang rentan, tidak terkontrol dan tidak siap menghadapi perubahan zaman. Gejala tersebut berupa perasaan yang acapkali meledak-ledak dan sadar, mudah terprovokasi dan saling serang satu sama lain. Epilepsi Komunikasi menjangkiti manusia dengan motivasi rendah, tidak fokus pada visi dan gampang terdistraksi. selain itu, epilepsi komunikasi mengakibatkan tidak berjalannya fungsi komunikasi secara optimal. Putusnya rangkaian pengetahuan, hilangnya proses pendidikan dan pengajaran, serta diisi dengan informasi yang menakutkan dan membahayakan kesehatan mental spiritual.

Fungsi ideal dari penggunaan media sosial seiring dengan fungsi komunikasi itu sendiri yaitu informastif, edukatif, persuasif dan entertain. Maka sudah seharusnya fungsi media sosial memberikan informasi yang benar, pendidikan dan pengajaran, mempengaruhi kepada sikap dan perbuatan yang baik, serta menarik dan menghibur.

Dakwah Cerdas Sebagai Solusi

Manusia tidak luput dari aktivitas komunikasi, tanpa komunikasi manusia akan kehilangan sisi kemanusiaannya. Komunikasi menentukan keberadaan manusia ditengah-tengah komunitas nya. Hal ini sesuai dengan fungsi komunikasi menurut Effendi yaitu fungsi informatif, fungsi edukatif, fungsi persuasif dan fungsi hiburan. Komunikasi juga tidak luput dengan persoalan. Persoalan tidak hanya berupa hambatan, namun terdapat juga suatu gejala dimana komunikasi kehilangan makna dari setiap unsur-unsur yang ada. Diantaranya yaitu gejala epilepsi komunikasi yang menyerang baik dari sisi pembuat konten, isi konten, media atau saluran yang digunakan, maupun dari sisi penerima konten, hal ini kemudian berdampak pada rendahnya nilai dalam suatu proses komunikasi baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Disrupsi Informasi dan Epilepsi komunikasi menyerang manusia yang hidup di era new media. Hal ini terjadi akibat penggunaan media secara berlebihan dan sulit terbendung, seperti penggunaan HP berjam-jam, bermain Game online dan berselancar di media sosial yang secara intens menemani aktivitas manusia.

Maka dibutuhkan suatu pendekatan di era disrupsi informasi berupa integrasi teori komunikasi yang relevan dengan kandungan Al Qur'an dan hadits Rasulullah Saw serta pendapat para ulama yang hanif yaitu sebuah konsep dakwah cerdas. Pendekatan dakwah cerdas sebagai counter attack terhadap persoalan yang terjadi di era disrupsi Informasi karena menuntut kemahiran sebagai da'i dengan pembacaan yang luas dan mendalam terhadap suatu fenomena, serta melek dan mahir dalam menggunakan media. Dakwah cerdas memiliki aspek penting yang terintegrasi dengan setiap unsur komunikasi, yaitu pada aspek diri dan kompetensi da'i yang cerdas, pesan dakwah yang cerdas, penggunaan media dakwah yang cerdas, serta berorientasi mencerdaskan pola pikir, pola sikap, dan pola hidup mad'unya. Dakwah cerdas menjadi solusi dalam amar Maruf nahi mungkar menghadapi gejala epilepsi komunikasi yang menjangkiti generasi masa kini.